Che Guevara

Che GuevaraGuevara dilahirkan di Rosario, Argentina, dari keluarga berdarah campuran Irlandia, Basque dan Spanyol. Tanggal lahir yang ditulis pada akte kelahirannya yakni 14 Juni 1928, namun yang sebenarnya adalah 14 Mei 1928.Masa kecilSejak usia dua tahun Che Guevara mengidap asma yang diderita sepanjang hidupnya. Karena itu keluarganya pindah ke daerah yang lebih kering yaitu daerah Alta Gracia (Córdoba) namun kesehatannya tidak membaik. Pendidikan dasar ia dapatkan di rumah sebagian dari ibunya, Celia de la Serna. Pada usianya yang begitu muda, Che Guevara telah menjadi seorang pembaca yang lahap. Ia rajin membaca literatur tentang Karl Marx, Engels dan Sigmund Freud yang ada di perpustakaan ayahnya. Memasuki sekolah menegah pertama (1941) di Colegio Nacional Deán Funes (Córdoba). Di sekolah ini dia menjadi yang terbaik di bidang sastra dan olahraga. Di rumahnya Che Guevara tergerak hatinya oleh para pengungsi perang sipil Spanyol juga oleh rentetan krisis politik yang parah di Argentina. Krisis ini memuncak di bawah pemerintahan diktator fasis kiri Juan Peron, seorang yang ditentang Guevara.

Berbagai peristiwa tertanam kuat dalam diri Guevara, ia melihat sebuah penghinaan dalam pantomim yang dilakonkan di Parlemen dengan demokrasinya dan muncul pulalah kebenciannya akan politisi militer beserta kaum kapitalis dan yang terutama kepada dolar Amerika Serikat yang dianggap sebagai lambang kapitalisme.Meskipun demikian dia sama sekali tidak ikut dalam gerakan pelajar revolusioner. Ia hanya menunjukkan sedikit minat dalam bidang politik di Universitas Buenos Aires (1947) tempat ia belajar ilmu kedokteran. Pada awalnya ia hanya tertarik memperdalam penyakitnya sendiri namun kemudian dia tertarik pada penyakit kusta.Berkeliling Argentina dengan sepeda motorPada tahun 1949 ia memulai perjalanan panjangnya yang pertama, menjelajahi Argentina Utara hanya dengan bersepeda motor. Itulah untuk pertama kalinya ia bersentuhan langsung dengan orang miskin dan sisa suku Indian. Selanjutnya pada tahun 1951 setelah menempuh ujian-ujian pertengahan semester Che mengadakan perjalanan yang lebih panjang didampingi dengan seorang teman dan untuk nafkah hidupnya dia bekerja sebagai pekerja paruh waktu. Ia mengunjungi Amerika Selatan, Chili di mana dia bertemu Salvador Allende, dan di Peru ia bekerja sama selama beberapa minggu di Leprasorium San Pablo, di Kolombia ia tiba pada saat La Violencia, di Venezuela ia ditangkap tetapi dilepaskan kembali, kemudian ia juga mengunjungi Miami. Che Guevara mengisahkan perjalanannya dalam buku harian yang kemudian diterbitkan dalam sebuah buku dengan judul Buku Harian Sepeda Motor (The Motorcycle Diaries), yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris pada 1996 dan kemudian difilmkan dengan judul yang sama pada 2004.Perjalanan Che GuevaraIa kembali ke daerah asalnya dengan sebuah keyakinan bulat atas satu hal bahwa ia tidak mau menjadi profesional kelas menengah dikarenakan keahliannya sebagai seorang spesialis kulit. Kemudian pada masa revolusi nasional ia pergi ke La Paz, Bolivia di sana ia dituduh sebagai seorang oportunis. Dari situ ia melanjutkan perjalanan ke Guatemala dan mencukupi kebutuhan hidupnya dengan menulis artikel arkeologi tentang reruntuhan Indian Maya dan Inca. Guatemala saat itu diperintah oleh Presiden Jacobo Arbenz Guzman yang seorang sosialis. Meskipun Che telah menjadi penganut paham marxisme dan ahli sosial Lenin ia tak mau bergabung dalam Partai Komunis. Hal ini mengakibatkan hilangnya kesempatan baginya untuk menjadi tenaga medis pemerintah, oleh karena itu ia menjadi miskin. Ia tinggal bersama Hilda Gadea, penganut paham Marxis keturunan Indian lulusan pendidikan politik. Orang inilah yang memperkenalkannya kepada Nico Lopez, salah satu Letnan Fidel Castro. Di Guatemala dia melihat kerja agen CIA sebagai agen kontrarevolusi dan semakin yakin bahwa revolusi hanya dapat dilakukan dengan jaminan persenjataan. Ketika Presiden Arbenz turun jabatan, Guevara pindah ke Kota Mexico (September 1954) dan bekerja di Rumah Sakit Umum, diikuti Hilda Gadea dan Nico Lopez. Guevara bertemu dan kagum pada Raúl Castro dan Fidel Castro juga para emigran politik dan ia menyadari bahwa Fidel-lah pemimpin yang ia cari.Bergabung dengan Fidel Castro di KubaIa bergabung dengan pengikut Castro di rumah-rumah petani tempat para pejuang revolusi Kuba dilatih perang gerilya secara keras dan profesional oleh kapten tentara Republik Spanyol Alberto Bayo, seorang pengarang "Ciento cincuenta preguntas a un guerilleo" (Seratus lima puluh pertanyaan kepada seorang gerilyawan) di Havana, tahun 1959. Bayo tidak hanya mengajarkan pengalaman pribadinya tetapi juga ajaran Mao Ze Dong dan Che (dalam bahasa Italia berarti teman sekamar dan teman dekat) menjadi murid kesayangannya dan menjadi pemimpin di kelas. Latihan perang di tanah pertanian membuat polisi setempat curiga dan Che beserta orang-orang Kuba tersebut ditangkap namun dilepaskan sebulan kemudian.Pada bulan Juni 1956 ketika mereka menyerbu Kuba, Che pergi bersama mereka, pada awalnya sebagai dokter namun kemudian sebagai komandan tentara revolusioner Barbutos. Ia yang paling agresif dan pandai dan paling berhasil dari semua pemimpin gerilya dan yang paling bersungguh-sungguh memberikan ajaran Lenin kepada anak buahnya. Ia juga seorang yang berdisiplin kejam yang tidak sungkan-sungkan menembak orang yang ceroboh dan di arena inilah ia mendapatkan reputasi atas kekejamannya yang berdarah dingin dalam eksekusi massa pendukung fanatik presiden yang terguling Batista. Pada saat revolusi dimenangkan, Guevara merupakan orang kedua setelah Fidel Castro dalam pemerintahan baru Kuba dan yang bertanggung jawab menggiring Castro ke dalam komunisme yang menuju komunisme merdeka bukan komunisme ortodoks ala Moskwa yang dianut beberapa teman kuliahnya. Che mengorganisasi dan memimpin "Instituto Nacional de la forma Agraria", yang menyusun hukum agraria yang isinya menyita tanah-tanah milik kaum feodal (tuan tanah), mendirikan Departemen Industri dan ditunjuk sebagai Presiden Bank Nasional Kuba dan menggusur orang orang komunis dari pemerintahan serta pos-pos strategis. Ia bertindak keras melawan dua ekonom Perancis yang beraliran Marxis yang dimintai nasehatnya oleh Fidel Castro dan yang menginginkan Che bertindak lebih perlahan. Che pula yang melawan para penasihat Uni Soviet. Dia mengantarkan perekonomian Kuba begitu cepat ke komunisme total, menggandakan panen dan mendiversifikasikan produksi yang ia hancurkan secara temporer.Pernikahan Che GuevaraPada tahun 1959, Guevara menikahi Aledia March, kemudian berdua mengunjungi Mesir, India, Jepang, Indonesia yang juga hadir pada Konfrensi Asia Afrika, Pakistan dan Yugoslavia. Sekembalinya ke Kuba ia diangkat sebagai Menteri Perindustrian, menandatangani pakta perdagangan (Februari 1960) dengan Uni Soviet yang melepaskan industri gula Kuba pada ketergantungan pasar Amerika. Ini merupakan isyarat akan kegagalannya di Kongo dan Bolivia sebuah aksioma akan sebuah kekeliruan yang tak akan terelakkan. "Tidaklah penting menunggu sampai kondisi yang memungkinkan sebuah revolusi terwujud sebab fokus instruksional dapat mewujudkannya" ucapnya dan dengan ajaran Mao Ze Dong ia percaya bahwa daerah daerah pasti membawa revolusi ke kota yang sebagian besar penduduknya adalah petani. Juga pada saat ini ia menyebarkan filosofi komunisnya (diterbitkan kemudian dalam "The Socialism and Man in Cuba", 12 Maret 1965). Ia meringkas pahamnya menjadi "Manusia dapat sungguh mencapai tingkat kemanusiaan yang sempurna ketika berproduksi tanpa dipaksa oleh kebutuhan fisiknya sehingga ia harus menjual dirinya sebagai barang dagangan".Konfrontasi dengan Uni SovietPenentangan resminya terhadap komunis Uni Soviet tampak ketika dalam organisasi untuk Solidaritas Asia Afrika di Aljazair (Februari 1965) menuduh Uni Soviet sebagai kaki tangan imperialisme dengan berdagang tak hanya dengan negara-negara blok komunis dan memberikan bantuan pada negara berkembang sosialis atas pertimbangan pengembaliannya. Ia juga menyerang pemerintahan Soviet atas kebijakan hidup bertetangga dan juga atas Revisionisme. Guevara mengadakan konferensi Tiga Benua untuk merealisasikan program revolusioner, pemberontakan, kerjasama gerilya dari Afrika, Asia dan Amerika Selatan. Di samping itu setelah terpaksa berhubungan dengan Amerika Serikat, ia sebagai perwakilan Kuba di PBB menyerang negara-negara Amerika Utara atas keserakahan mereka dan imperialisme yang kejam di Amerika Latin.Sikap Che yang tidak kenal kompromi pada dua negara kapitalis mendorong negara komunis untuk memaksa Castro memberhentikan Che (1965, bukan secara resmi tetapi secara nyata. Untuk beberapa bulan tempat tinggalnya dirahasiakan dan kematiannya santer diisukan. Ia berada di berbagai Negara Afrika terutama Kongo di mana dia mengadakan survei akan kemungkinan mengubah pemberontakan Kinshasa menjadi sebuah revolusi komunis dengan taktik gerilya Kuba. Ia kembali ke Kuba untuk melatih para sukarelawan untuk proyek ini dan mengirim kekuatan 120 orang Kuba ke Kongo. Anak buahnya bertempur dengan sungguh-sungguh tetapi tidak demikian halnya dengan para pemberontak Kinshasa. Mereka sia-sia saja melawan kekejaman Belgia dan ketika musim gugur 1965 Che meminta Castro untuk menarik mundur saja bantuan Kuba.Kematian Che GuevaraIsmael Rodríguez bersama Che Guevara, sebagai tahanan di La Higuera (Bolivia), pada 9 Oktober 1967. Foto oleh CIAPetualangan revolusioner terakhir Che adalah di Bolivia, karena ia salah memperkirakan potensi negara itu yang mengakibatkan konsekuensi yang buruk. Tertangkapnya Che oleh tentara Bolivia pada 8 Oktober 1967 adalah akhir dari segala usahanya dan hukuman tembak dijatuhkan sehari setelah itu.Pada tanggal 12 Juli 1997 jenazahnya dikuburkan kembali dengan upacara kemiliteran di Santa Clara, di provinsi Las Villas, di mana Guevara mengalami kemenangan dalam pertempuran ketika revolusi Kuba.Che manjadi legenda. Ia dikenang karena keganasannya, penampilannya yang romantis, gayanya yang menarik, sikapnya yang tak kenal kompromi dan penolakan atas penghormatan berlebihan atas semua reformasi murni dan pengabdiannya untuk kekejaman dan sikapnya yang flamboyan. Ia juga idola para pejuang revolusi dan bahkan kaum muda generasi tahun 1960-1970 atas tindakan revolusi yang berani yang tampak oleh jutaan orang muda sebagai satu-satunya harapan dalam perombakan lingkup borjuis kapitalisme, industri dan komunisme.Penghormatan terhadap Che GuevaraBerbagai tokoh sastra, musik dan seni telah mempersembahkan komposisinya kepada Che Guevara. Penyair Chili Pablo Neruda mempersembahkan kepadanya puisi Tristeza en la muerte de un héroe (Kesedihan karena kematian seorang pahlawan) dalam karyanya Fin del mundo (Akhir dunia) pada 1969. Pengarang Uruguay, Mario Benedetti menerbitkan pada 1967 serangkaian puisi yang dipersembahkan kepadanya dengan judul A Ras del Sueño (Pada tingkat impian). Penyanyi Carlos Puebla mempersembahkan sebuah lagu Hasta siempre comandante Che Guevara (Untuk selamanya komandan Che Guevara) dan Los Fabulosos Cadillacs, Gallo Rojo (Ayam jantan merah), yang muncul dalam album El León (Singa) pada 1991.

catatan seorang demonstran-Soe Hok Gie

LAHIRNYA SANG DEMONSTRANAnak keempat dari lima bersaudara keluarga Soe Lie Piet alias Salam Sutrawan, kelahiran Jakarta tanggal 17 Desember 1942, ini sejak kecil amat suka membaca, mengarang dan memelihara binatang. Keluarga sederhana itu tinggal di bilangan Kebonjeruk, di suatu rumah sederhana di pojokan jalan, bertetangga dengan rumah orang tua Teguh Karya. Saudara laki-laki satunya ya Soe Hok Djien, kakaknya, yang kita kenal sebagai Arief Budiman.Sejak SMP, ia menulis buku catatan harian, termasuk surat- menyurat dengan kawan dekatnya. Semakin besar, ia makin berani menghadapi ketidakadilan, termasuk melawan tindakan semena-mena sang guru. Sekali waktu, Soe pernah berdebat dengan guru SMP-nya. Tentu saja guru itu naik pitam.Dalam catatan hariannya, ia menulis: Guru model begituan, yang tidak tahan dikritik boleh masuk keranjang sampah. Guru bukan dewa dan selalu benar. Dan murid bukan kerbau. Begitu tulis anak muda yang sampai hari ajalnya, tetap tak bisa mengendarai sepeda motor, apalagi nyupir mobil. "Gue cuma bisa naik sepeda, juga pandai nggenjot becak."Sikap kritisnya semakin tumbuh ketika dia mulai berani mengungkit kemapanan. Misalnya, saat dirinya menjelang remaja, Soe menyaksikan seorang pengemis sedang makan kulit buah mangga. Dia pun merogoh saku, lalu memberikan uangnya yang cuma Rp 2,50 kepada pengemis itu. Di catatannya ia menulis: Ya, dua kilometer dari pemakan kulit mangga, 'paduka' kita mungkin lagi tertawa-tawa, makan-makan dengan istri-istrinya yang cantik-cantik. Aku besertamu orang-orang malang.Bacaan dan pelajaran yang diterimanya membentuk Soe menjadi pemuda yang percaya bahwa hakikat hidup adalah dapat mencintai, dapat iba hati, dan dapat merasai kedukaan itu.Soe melewatkan pendidikannya di SMA Kanisius. Tahun 1962 - 1969 ia menamatkan kuliah di Fakultas Sasra Universitas Indonesia Jurusan Sejarah. Ia kemudian masuk organisasi Gerakan Mahasiswa Sosialis (GMSOS). Sementara keadaan ekonomi makin kacau. Soe resah. Dia mencatat: Kalau rakyat Indonesia terlalu melarat, maka secara natural mereka akan bergerak sendiri. Dan kalau ini terjadi, maka akan terjadi chaos. Lebih baik mahasiswa yang bergerak. Maka lahirlah sang demonstran.Hari-harinya diisi dengan program demo, termasuk rapat penting di sana-sini. Aku ingin agar mahasiswa-mahasiswa ini, menyadari bahwa mereka adalah the happy selected few yang dapat kuliah dan karena itu mereka harus menyadari dan melibatkan diri dalam perjuangan bangsanya ... Dan kepada rakyat aku ingin tunjukkan, bahwa mereka dapat mengharapkan perbaikan-perbaikan dari keadaan dengan menyatukan diri di bawah pimpinan patriot-patriot universitas. Begitu tulisnya.Tahun 1966 ketika mahasiswa tumpah ke jalan melakonkan Aksi Tritura, ia termasuk di barisan paling depan. Konon, Soe juga salah seorang tokoh kunci terjadinya aliansi mahasiswa-ABRI pada 1966. Soe sendiri dalam buku CSD, menulis soal demonstrasi: Malam itu aku tidur di Fakultas Psikologi. Aku lelah sekali. Lusa Lebaran dan tahun yang lama akan segera berlalu. Tetapi kenang-kenangan demonstrasi akan tetap hidup. Dia adalah batu tapal daripada perjuangan mahasiswa Indonesia. Batu tapal dalam revolusi Indonesia dan batu tapal dalam sejarah Indonesia. Karena yang dibelanya adalah keadilan dan kejujuran ... Jakarta, 25 Januari 1966.Soe dikenal sebagai penulis produktif di beberapa media massa, misalnya Kompas, Harian Kami, Sinar Harapan, Mahasiswa Indonesia, dan Indonesia Raya. Sekitar 35 karya artikelnya (kira-kira sepertiga dari seluruh karyanya) selama rentang waktu tiga tahun Orde Baru, sudah dibukukan dan diterbitkan dengan judul Zaman Peralihan (Bentang, 1995).Juga skripsi sarjana mudanya perihal Sarekat Islam Semarang, tahun 1999 diterbitkan Yayasan Bentang dengan judul Di Bawah Lentera Merah. Sebelumnya, skripsi S1-nya yang mengulas soal pemberontakan PKI di Madiun, juga sudah dibukukan dengan judul Orang-orang di Persimpangan Jalan (Bentang, 1997).Kabarnya, sajak karya Soe yang puluhan judul itu, kini juga sedang dalam penyusunan untuk dijadikan sebuah buku kecil. Masuk akal sekali. Sebab Soe itu bergaul akrab dengan penyair angkatannya Taufik Ismail, WS Rendra, Satyagraha Hoerip.Soe Hok GieSoe Hok Gie (17 Desember 1942–16 Desember 1969) adalah salah seorang aktivis Indonesia dan mahasiswa Fakultas Sastra Universitas Indonesia Jurusan Sejarah tahun 1962–1969.Soe Hok Gie menamatkan pendidikan SMA di Kolese Kanisius. Nama Soe Hok Gie adalah dialek Hokkian dari namanya Su Fu-yi dalam bahasa Mandarin (Hanzi: 蘇福義). Leluhur Soe Hok Gie sendiri adalah berasal dari Provinsi Hainan, RRT.Ia adalah seorang anak muda yang berpendirian yang teguh dalam memegang prinsipnya dan rajin mendokumentasikan perjalanan hidupnya dalam buku harian. Buku hariannya kemudian diterbitkan dengan judul Catatan Seorang Demonstran (1983).Soe Hok Gie adalah anak keempat dari lima bersaudara keluarga Soe Lie Piet alias Salam Sutrawan. Dia adik kandung Arief Budiman atau Soe Hok Djin, dosen Universitas Kristen Satya Wacana yang juga dikenal vokal dan sekarang berdomisili di Australia.Hok Gie dikenal sebagai penulis produktif di beberapa media massa, misalnya Kompas, Harian Kami, Sinar Harapan, Mahasiswa Indonesia, dan Indonesia Raya. Sekitar 35 karya artikelnya (kira-kira sepertiga dari seluruh karyanya) selama rentang waktu tiga tahun Orde Baru, sudah dibukukan dan diterbitkan dengan judul Zaman Peralihan (Bentang, 1995).Catatan Seorang DemonstranJuga skripsi sarjana mudanya perihal Sarekat Islam Semarang, tahun 1999 diterbitkan Yayasan Bentang dengan judul Di Bawah Lentera Merah. Sebelumnya, skripsi S1-nya yang mengulas soal pemberontakan PKI di Madiun, juga sudah dibukukan dengan judul Orang-orang di Persimpangan Kiri Jalan (Bentang, 1997).Hok Gie meninggal di gunung Semeru tahun 1969 tepat sehari sebelum ulang tahunnya yang ke-27 akibat menghirup asap beracun di gunung tersebut. Dia meninggal bersama rekannya, Idhan Dhanvantari Lubis.

PERANG KAMANG

PERANG KAMANG
Sudahlah garak takdir Tuhan Kepado Beliau Haji Abdul Manan Kepalo Parang urang namokan Ajalpun sampai sudahlah bayan (dikutip dari Nazam Perang Kamang; H.Achmad Marzuki)
Kamang, dinihari 15 Juni 1908: Langit temaram, sinar rembulan berkabut. Ribuan orang berpakaian putih sedang menggelegak darahnya. Seorang haji bernama Haji Abdul Manan, menjadi pemimpin di antara mereka. Sayup-sayup terdengar orang ratib, sayup pula bunyi kentongan dan tabuh terdengar. Negeri akan perang. Anak-anak menyuruk di kamar mandehnya. Istri melepas suami di pintu kamar, takut melepaskan genggaman. Junjungan badan diri akan mengadu nasib membela negeri yang merasai
dihina penjajah. Malam itu hingga subuh, ratusan nagari lain di Minangkabau sedang tidur. Tapi Kamang, negeri bertuah itu, bangun dengan darah menggelegak. Kelawang tajam buatan Sungai Puar dipesang satu-satu. "Kalau tak dia, saya yang mati!"
Inilah perang syahid, langkah pertama dengan Bismillah, diikuti ucapan Allahuakbar! Dimana di Minangkabau ini rakyat mau berperang melawan Belanda? Tak banyak benar. Ada di Pasaman dengan Tuanku Imam Bonjol dan tuanku-tuanku lainnya yang terkenal itu. Mandeh Sitti Manggopoh di Manggopoh, seorang perempuan, tapi bagaknya Allahurobbi, tak tertandingi oleh wanita Minangkabau manapun hingga detik ini! Lalu di Kamang. Dan Kamang menyerahkan putra-putra terbaiknya malam hingga subuh itu. Sebanyak 250 orang tewas bersimbah darah. "Dirikan di sini tugu tetesan Perang Kamang!", tukas Jenderal AH Nasution saat berkunjung ke Kamang beberapa tahun silam.
Tiap nagari punya episode yang bisa dibanggakannya. Tapi episode Kamang menjadi kebangaan Ranah Minang. Orang-orang Kamang dan sekitarnya, terutama di Agam Tuo menantang dengan keras penindasan melalui pajak yang diterapkan penjajah Belanda.
Pajak Di Bukittinggi pada 1 Maret 1908 diumumkanlah pemberlakuan pajak untuk rakyat. Pajak pula yang mau dipungutnya oleh Belanda-belanda itu, padahal hidup sedang marasai. Tak suka rakyat. Ini, himpit berhimpit, sudahlah awak dijajahnya, dikutipnya pula.
Controlir Westenenk, kemudian mengeluarkan perintah untuk mendata ulang kekayaan penduduk tertanggal 21 Maret 1908. Perangai meingkek-ingek Belanda ini disambut protes dan tantangan hebat dari seluruh rakyat Minangkabau. Rakyat bergejolak. Di mana-mana suasana panas. Padahal sebelumnya telah diterapkan kultur stelsel, paksaan menanam kopi. Kalau tak salah, 14 Juni 1908 adalah Hari Jumat. Rapat-rapat dan pembicaraan sudah berlangsung sejak awal 1908, makin memanas pada bulan-bulan sesudahnya. Hari-hari menjelang 15 Juni, adalah hari yang gelisah.
Lalu kenapa Kamang? Mengutip catatan Ketua Bamus Nagari Kamang Ilia dan Sekretaris Panitia Peringatan Seabad Perang Kamang 1908, Muhammad Razi,SE., jelas bahwa Kamang adalah nagari yang maju. Nagari ini terletak bujuran Bukit Barisan. Nagari dengan Kelarasan Koto Piliang ini, dicerminkan sebagai sebuah nagari dengan yang mobilitasnya cukup tinggi.
Perang Kamang itu melibatkan semua tokoh tali tigo sapilin, Angku Lareh A Wahid Kari Mudo dan M Saleh Dt Rajo Penghulu, H Abdul Manan. Di Kamang memang ada satu lareh yang berkedudukan di Jalan Basimpang Jorong Pintu Koto. Masih menurut Muhammad Razi, nama Kamang mulai dicatat menyusul pemurnian agama di Minangkabau. Gerakan ini, katanya, dipimpin Tuaku Nan Tuo dari Cangkiang, IV Angkek yang kemudian menjadi gerakan Pidari setelah Tuanku Nan Renceh mendapat kawan sepaham yakni Haji Miskin dan Haji Piobang. Kamang, dicatat juga sebagai benteng yang kuat. Bahkan di sana aga goa Perang Pidari yang bebatuannya tempo hari banyak diambil orang.
Pada 25 Oktober 1833 lahirlah ayang yang dikenal sebagai Plakat Panjang, sebuah plakat yang menjerat Minangkabau kemudian hari. Masih sesuai catatan Muhamamd Razi, pungutan pajak yang hendak diterapkan itu nyaris diamini oleh laras-laras lainnya. Tapi Laras Kamang, Garang Dt Palindih menantangnya. Dalam rapat para laras dengan Westenek 11 Maret 1908 di Bukittinggi, sikapnya itu terlihat jelas.
Buntu, Belanda ingin memaksakan kehendaknya. Maka Datuk Garang kita ini bangkit keperpihakannya kepada rakyat. Ia bersama A.Wahid Kari Mudo, H.Jamik. M Saleh Dt Rajo Penghulu serta tokoh masyarakat lainnya mempersiapkan diri guna menghadapi kemungkinan terburuk. D Kamang Mudiak Haji Abdul Manan, ulama hebat itu, telah mengambil sikap serupa pula. Tak mau dia rakyat dibebani lagi. Abdul Manan punya banyak pengikut yang setia. Catatan sejarah lainnya menunjukkan, rumah Haji Abdul Manan dikepung oleh Belanda.
Pasukan Belanda dalam laporannya: Kemudian kami terus ke Kampung Tangah dan di sana kami mengelilingi rumah kedua Haji Abdul Manan. Kedengaran ribut ribut dalam rumah, lalu istri haji itu menjerit keras keras secara mencurigakan. Begitu keras supaya didengar seluruh kampung. Semua kata kata saya tidak berhasil "biar tuan kumandur, saya tidak akan buka pintu."
Ulama ini akhirnya tertembak, sebagaimana laporan tulisan tangan pimpinan pasukan Belanda pada atasannya. Dalam buku Rusli Aram tertulis: Pihak kita 9 mati, 13 luka luka. Di pihak rakyat 90 mati. Tentara sangat letih karena aksi selama 12 jam, 4 brigade marsuse dikirim dari Padang Panjang ke Bukittinggi.
Perang basosoh Perang basosoh dilukiskan oleh Belanda sebagai sebuah perang yang hebat. Orang-orang Kamang dilukiskan hadi siap mati dengan senjata tajam dan jimat. tapi yang dilawan adalah Belanda dengan senjata mutakhir. Tentu saja tak berimbang. Tapi semagat membela tanah air orang Kamang ketika itu, tak tertandingi, sekalipun oleh orang Kamang zaman sekarang.
Serangan terhadap Kamang dilakukan melalui tiga jurusan yaitu via Pauh Kamang Mudiak, lewat Pulai Magek dan igo Lurah Magek. Pertempiran berlangsung 10 ronde, ronde kesepuluh hanya satu orang yang gagah berani maju. Pertempuran paling sengit terjadi pada ronde kedelapan. Banyak pemuda berpakaian putih membentuk kelompok-kelompok maju menghadang, di belakangnya ratusan pemuda lain melingkar dan berputar berkeliling. Catatan Rusli Amran menyebutkan, pertempuran berakhir sekitar pukul 04.15 pagi, tatkala ayam kinantan hendak berkokok. Pertempiran paling sengit itu sekitar pukul 3.30 WIB. Kamang Tangah, pukukl 02.00 pagi. Pimpinan tentara Belanda L.C. Westenenk menderap sepatu lars nya di Kampung Tangah. Sayup terdengar bunyi ratib. "Laillah Hailallah...."
Menurut catatan Buchari Nurdin, akhirnya sekitar pukul 02.30 dinihari, tanah Kamang berubah menjadi front pertempuran hebat, antara pasukan Belanda dengan pasukan rakyat. Rakyat dipimpin antara lain oleh H Abdul Manan, yang sebelumnya, telah bersiap-siap menghadang kedatangan pasukan Belanda. Sejumlah tokoh pejuang lainnya, yang juga telah siap dengan pasukan mereka masing-masing. Seperti Dt Rajo Penghulu bersama istrinya, Siti Aisiyah, Haji Jabang, Pado Intan, Tuanku Parit, Tuanku Pincuran, Dt Marajo Tapi, Dt Marajo Kalung, Dt Perpatih Pauh, Sutan Bandaro Kaliru. Begitu juga pasukan rakyat yang berada di Kamang Ilia. Dengan dipimpin Kari Mudo, Dt Perpatiah
Magek, Dt Majo Indo di Koto Tangah, Dt Simajo Nan Gamuk berusaha bahu membahu melawan pasukan Belanda. Pertempuran sengit berakhir sudah. Pasukan Westenenk mundur menuju Pauh sembari membawa tawanan Dt Perpatih. Subuh yang berembun, bersimbah darah. Darah anak nagari Kamang, belum berhenti menetes, tatkala fajar menyingsing, tatkala beduk subuh ditabuh, tatkala azan dikumandangkan subuh itu.
Pertempuran itu sendiri, menyebabkan berjatuhannya korban di kedua belah pihak, baik di pihak rakyat maupun pasukan Belanda. Angka korban simpangsiur. Koran-koran yang terbit di Padang menyebut angka 250 orang rakyat Kamang tewas, belanda sendiri menyebut sekitar 90 orang atau lebih. Mereka yang kemudian ditangkap misalnya pada 19 Juni Lareh Garang Dt Palindih dan kemenakannya Dt Siri Marajo, Penghulu Kepal Tanhag dan A. Wahud Kari Mudo, ditahan di Bukittinggi. ada 21 Juni, Kari dipindah ke Padang, disusul mamaknya dan meringkuk di penjara selama 10 bulan. Bahkan dipindahkan pula ke Batavia. Tahun 1910, Dt Siri wafat di penjara. Tak lama kemudian Dt Garang dibebaskan. Ia pulang ke Kamang.
Pejuang itu pula, ia kemudian meminta jasa Inyiak Djambek. Ulama kharismatik ini mengadakan pengajian-pengajian di Kamang guna menolong rakyat yang terus ketakutan. "Perang Kamang bukanlah peristiwa satu malam saja," tulis Muhamad Razi. Satu malam saja orang Kamang bergerak, sampai kini sejarahnya terus dibaca orang, apalagi kalau bermalam-malam lamanya, berbulan-bulan. Untuk Tanah Air tercinta, tak perlu semalam atau berbulan-bulan, sehari saja cukup. Sejarah penting seringkali muncul dari daerah. *

PROFIL PADANG UNTO CLUB (PUC)

HOBIES
RAUN-RAUN NAIK SEPEDA ANTIK
PROFIL PADANG UNTO CLUB (PUC)

Bersepeda merupakan salah satu kebiasaan yang telah mulai dilupakan dan ditinggalkan. Mungkin karena bersepeda dinilai kuno dan melelahkan. Tapi walau telah mendapat penilaian sebagai alat transportasi yang ketinggalan zaman, ternyata di kota Padang ada kelompok pencinta kebiasaan bersepeda (mendayung pedal) ini yang dilakukan oleh para pemuda yang umumnya terdiri dari mahasiswa dan beberapa anggota dari kelompok umum. Komunitas pencinta sepeda terutama kelompok sepeda antik (unto) tersebut menakan diri dengan Padang Unto Club (PUC).
Padang Unto Club merupakan metamorfosis dari Padang Sadel Club (PSC) yang telah berdiri sejak akhir tahun 2006. Dengan kesepekatan dari anggota dan atas dasar keinginan mempopulerkan lagi sepeda unto (dalam bahasa minang) maka di gantilah nama PSC menjadi PUC yang membubuhkan kata-kata unto dalam namanya. PUC memilki struktur kepengurusan yaitu: Eri Mak Dang (MD) selaku ketua yang digelari dengan datuak unto, Kaler sebagai bendahara, dan untuk bagian promosi kemasyarakat (humas) dipilih Buya seni rupa, dan beberapa koordinator lainnya.
Keberadaan komunitas sepeda antik ini sebenarnya sudah menyebar di berbagai kota di Indonesia. Selain menjaga warisan budaya, sepeda antik juga telah menjadi trend dan gaya hidup beberapa komunitas besar di pulau Jawa. Bahkan dalam skala nasional pencinta sepeda antik juga memiliki jaringan dengan berbagai situs-situs di internet yang dapat di cigok.
Keanggotaan PUC sekarang didominasi oleh mahasiswa UNP, walau dalam azas kelompok ini sebenarnya tidak membatasi keanggotaan dari kalangan manapun. “Sekarang anggota PUC sudah mencapai 24 orang dengan 24 sepeda unto” cetus Eri MD ketua PUC. Dari saudara Jhon di sekretariat PUC juga didapat informasi bahwa “PUC masih tetap membuka diri bagi pendaftaran anggota baru, caranya mudah cukup dengan : memiliki sepeda antik, memiliki kecintaan terhadap peninggalan barang kuno tersebut dan memiliki waktu luang untuk bersama-sama anggota lain melakukan kegiatan raun-raun naik sepeda antik minimal sekali dalam seminggu”.
Berdirinya PUC didasari oleh kesamaan pandangan anggotanya bahwa dengan bersepeda walau memiliki kelemahan dari alat transportasi yang lebih maju, tapi sepeda tetap memiliki beberapa aspek positif yang tampaknya perlu dicermati:
1. Khusus untuk sepeda lawas/ sepeda kumbang/ sepeda unto/ sepeda ontel sebagai sebuah alat transportasi bersejarah, maka perlulah kita untuk terus memelihara dan melestarikanya. Karena bila tak kita jaga dari sekarang maka besar kemungkinan 20 atau 30 tahun yang akan datang anak, cucu kita tak tau dengan sepeda lawas/ sepeda kumbang/ sepeda unto/ sepeda ontel. Bahkan sekarangpun jumlah sepeda jenis ini telah jauh berkurang dan sulit ditemukan. Sehingga perlu di jaga dan dilestarikan.
2. Bersepeda merupakan kebiasaan baik dan bermanfaat untuk kesehatan. Untuk bagian ini tentunya kita semua paham bahwa bersepeda bisa mengoptimalkan kerja jantung, system pernafasan dan berkembangan otot-otot yang bekerja saat kita mengendarainya.
3. Kebiasaan bersepeda akan menghemat energi (BBM) dan tidak menimbulkan polusi udara. Melihat dampak positif bersepeda dalam menghemat energi mungkin terdengar sangat muluk-muluk tapi bila hal ini dilihat dengan pengkajian secara matematis bisa dibandingkan bila seorang pengguna motor menghabiskan 1 liter bensin tiap harinya, maka 1 tahun ia menghabiskan 360 liter bensin. Tapi bila ia menggunakan sepeda sebagai alat transportasi, berekreasi di hari Sabtu dan Minggu (2 hari saja) maka ia akan mengurangi penggunaan bensin sebanyak 96 liter/tahun. Itu baru dilakukan oleh 1 orang, bayangkan kalau 100 orang, 1000 orang. Tentunya bisa kita nilai bahwa dengan bersepeda kita telah melakukan usaha menghemat energi. Apalagi melihat negeri ini yang tengah menghadapi krisis energi bahkan sampai mengimport minyak dari luar negeri. Dalam pengoperasiannya, sepeda tidak menyebabkan polusi udara, karena ia hanya menggunakan tenaga pengemudinya sehingga sepeda adalah alat transportasi bebas polusi.
4. Secara ekonomis, penggunaan sepeda sebagai alat transportasi juga menghemat uang si pemilik dan penggunanya. Sehingga uang itu pun bisa digunakan untuk keperluan lain. Bahkan dengan bersepeda dapat dipastikan kita akan lebih menghemat pengeluaran dibanding membeli BBM atau untuk ongkos angkot dan ojek.
Padang Unto Club mendeklarasikan bahwa “ Kami tidak memperjualbelikan sepeda antik, tapi kami hanya melestarikannya dari kepunahan”. Untuk kegiatan rutin yang biasa dilakukan, walau terkadang tak dikuti oleh seluruh anggota (rata-rata 10-13 sepeda) tiap malam minggu PUC selalu meramaikan jalan utama kota Padang. Konvoi yang dilakukan ini dinilai unik dan menggelitik bagi setiap masyarakat yang melihat. Rute yang biasa ditempuh adalah: Jalan Hamka, Ulak Karang, Jalan Veteran, Pantai Padang, Jembatan Siti Nurbaya. Terkadang rute ini dapat berubah dan diatur waktu keberangkatan dari sekretariat. Setiap sabtu sore (malam Minggu) sehabis magrib jam 19.00 wib anggota PUC akan meramaikan kota Padang dengan bunyi kriiing-kriiing dan detikan-detikan posneling sepeda unto.
Bila ingin tahu banyak tentang kepengurusan dan keanggotaan PUC dapat langsung datang ke sekretariat PUC: Simpang Parkit, Galeri As Salam, Air Tawar Barat, Padang (E-mail Padanguntoclub@yahoo.com). Bila ada yang tertarik untuk menjadi anggota komunitas ini dapat menghubungi Eri MD: 081363766644, Jhon :081374055161, Ir : 081374054781. Salam pencinta sepeda antik.. Merdeka !!!!!!.
Oleh : Irwan Setiawan. (anggota Padang Unto Club).




Ngak kalah gaul: Anggota Padang Unto Club (PUC) ngak kalah gaul dari kumunitas-komunitas (Club-club) pencinta otomotif yang ada di kota Padang

Minggu, 2008 November 09









.

0 komentar:

Posting Komentar

 
blackinnews | Gallery Jadoel | School | Hobbies | Download | irwan

Copyright © 2009 . |Designed by IRWAN SETIAWAN |Converted to blogger by keretaunto.blogspot.com

Usage Rights

DesignBlog BloggerTheme comes under a Creative Commons License.This template is free of charge to create a personal blog.You can make changes to the templates to suit your needs.But You must keep the footer links Intact.