SEPEDA "Riwayatmu doeloe, nasibmu kini"



SEPEDA
Riwayatmu doeloe, nasibmu kini.

Ketika mendengar kata sepeda, mungkin dalam fikiran kita muncul persepsi bahwa bersepeda itu kuno, ketinggalan zaman, melelahkan, kepanasan dan berbagai anggapan lain oleh masyarakat umumnya tentang keberadaan dan pemanfaatan sepeda di zaman yang canggih dan modern seperti sekarang ini. Namun bila kita melihat sepeda dari sisi lain, sebenarnya ada bagian-bagian yang membuatnya menarik seperti: perjalanan sejarah penemuan sepeda, dampaknya terhadap penemuan dan pengambangan alat transportasi lain, bahkan dari segi manfaat dan keunikan sepeda itu sendiri.

Perjalan sejarah sepeda dunia diawali dengan penemuan dan pembuatan sebuah alat yang disebut “Hobby Horses” dan “Celeriferes” di Inggris pada tahun 1790. Hobby Horses bukanlah alat transportasi sepeda seperti yang kita kenal sekarang, tapi alat ini hanya rangka kayu dengan dua roda tanpa system pedal dan rantai. Pengembangan Hobby Horses dilanjutkan dengan inovasi yang dilakukan Baron Karl Von Drais dari Jerman yang pada tahun 1817 telah membuat sebuah alat baru yang dinamainya dengan “Draisenne” yang memiliki kelebihan dengan pengembangan alat gerak yang menggunakan tenaga kedua kaki si pengemudi.

Melihat kelebihan dan keuntungan penggunaan Draisenne maka alat ini makin banyak dibuat dan dimanfaatkan. Perkembangan populasi sepeda mulai meningkat sejak dibuatnya pabrik sepeda pertama oleh James Starley dari Inggris di tahun 1870. Sepeda produksinya disebut juga dengan “High Wheel Bicycle” karena memiliki roda depan yang sangat besar dan roda belakang yang kecil. Dalam cara kerjanya menggunakan system penggerak pedal yang terdapat pada sumbu depan, disertai roda yang berjari-jari, tapi belum menggunakan rantai. Setelah dipasarkan di Eropa ternyata terdapat beberapa keluhan dari orang-orang yang berpostur kecil dan para wanita, karena sulit untuk mengendarai High Wheel Bicycle. Menyikapi hal itu maka keponakan dari James Starley bernama John Kemp Starley di tahun 1886 melakukan lagi beberapa perubahan yang sangat berarti yaitu penggunaan jenis ukuran roda yang sama untuk begian depan dan belakang serta penggunaan rantai sebagai alat bantu gerak roda belakang yang berpengaruh terhadap kecepatan luncurnya (bentuknya telah seperi sepeda lawas/ sepeda kumbang, sepeda unto/ sepeda ontel yang kita kenal sekarang).
Penemuan penting selajutnya terjadi tahun 1888 oleh John Boyd Dunlop yang menemukan tekhnologi ban sepeda yang bisa diisi dengan angin. Penemuan ini juga memberi pengaruh terhadap pemanfaatannya pada alat transportasi lain seperti untuk ban sepeda motor dan mobil.
Untuk pengembangan budaya bersepeda ke Indonesia, telah mulai dilakukan sejak zaman penjajahan Belanda. Mereka memperkenalkan sepeda-sepeda produksi Belanda seperti merek: Valuas dan produk Belanda lainnya. Bahkan mereka juga memperkenalkan sepeda produksi Eropa seperti merek: Releigh, Philips, Humber, BSA, dan beberapa merek lainnya yang masih ada dan di lestarikan oleh sekelompok kecil orang-orang Indonesia.
Bagi penjajah, sepeda digunakan untuk mengelilingi daerah jajahan sambil melihat keindahan alam Indonesia. Setelah sepeda mulai diperkenalkan oleh orang-orang Belanda, ternyata para konglomerat dan penguasa lokalpun mulai tertarik dan ingin memiliki alat transpotasi ini. Hal ini menjadikan sepeda sebagai alat transportasi yang bergengsi. Karena harga dan kwalitas yang bervariasi maka dimasa awal kedatangan sepeda ke Indonesia, merek sepeda yang digunakan seseorang juga bisa melihat strata dan tingkat ekonomi pemiliknya.
Dari waktu ke waktu, pengguna sepeda di Indonesia terus bertambah bahkan masih berlanjut sampai tahun 1970-an. Umumnya sepeda produksi Eropa dengan jenis sepeda lawas/ sepeda kumbang/ sepeda unto/ sepeda ontel yang di gunakan orang-orang Indonesia di produksi dalam rentang waktu 1940 – 1950-an. Selain produksi Eropa, sepeda yang digunakan dan dipakai penduduk Indonesia juga ada yang berasal dari China dan Jepang.
Setelah III abad dari penemuan awal “Hobby Horses” ternyata kita bisa melihat penggunaan sepeda sebagai alat transportasi juga mengalami pasang surut peminat dan penggunanya. Hal ini dapat kita lihat di lingkungan dan masyarakat disekitar kita. Berkurangnya pengguna sepeda ini dikarenakan makin berkembangnya pemanfaatan alat transportasi yang lebih maju seperti sepeda motor dan mobil. Walau tak dapat dipungkiri sepeda motor dan mobil lebih cepat, nyaman, menghemat waktu untuk melakukan mobilitas dari satu tempat ke tempat lain, namun tak ada salahnya kita tetap mempertahankan budaya bersepeda karena walau memiliki kelemahan dari alat transportasi yang lebih maju, tapi sepeda tetap memiliki beberapa aspek positif yang tampaknya perlu dicermati:
1. Bersepeda merupakan kebiasaan baik dan bermanfaat untuk kesehatan. Untuk bagian ini tentunya kita semua paham bahwa bersepeda bisa mengoptimalkan kerja jantung, system pernafasan dan berkembangan otot-otot yang bekerja saat kita mengendarainya.
2. Kebiasaan bersepeda akan menghemat energi (BBM) dan tidak menimbulkan polusi udara. Melihat dampak positif bersepeda dalam menghemat energi mungkin terdengar sangat muluk-muluk tapi bila hal ini dilihat dengan pengkajian secara matematis bisa dibandingkan bila seorang pengguna motor menghabiskan 1 liter bensin tiap harinya, maka 1 tahun ia menghabiskan 360 liter bensin. Tapi bila ia menggunakan sepeda sebagai alat transportasi, berekreasi di hari Sabtu dan Minggu (2 hari saja) maka ia akan mengurangi penggunaan bensin sebanyak 96 liter/tahun. Itu baru dilakukan oleh 1 orang, bayangkan kalau 100 orang, 1000 orang. Tentunya bisa kita nilai bahwa dengan bersepeda kita telah melakukan usaha menghemat energi. Apalagi melihat negeri ini yang tengah menghadapi krisis energi bahkan sampai mengimport minyak dari luar negeri. Dalam pengoperasiannya, sepeda tidak menyebabkan polusi udara, karena ia hanya menggunakan tenaga pengemudinya sehingga sepeda adalah alat transportasi bebas polusi.
3. Secara ekonomis, penggunaan sepeda sebagai alat transportasi juga menghemat uang si pemilik dan penggunanya. Sehingga uang itu pun bisa digunakan untuk keperluan lain. Bahkan dengan bersepeda dapat dipastikan kita akan lebih menghemat pengeluaran dibanding membeli BBM atau untuk ongkos angkot dan ojek.
4. Khusus untuk sepeda lawas/ sepeda kumbang/ sepeda unto/ sepeda ontel sebagai sebuah alat transportasi bersejarah, maka perlulah kita untuk terus memelihara dan melestarikanya. Karena bila tak kita jaga dari sekarang maka besar kemungkinan 20 atau 30 tahun yang akan datang anak, cucu kita tak tau dengan sepeda lawas/ sepeda kumbang/ sepeda unto/ sepeda ontel. Bahkan sekarangpun jumlah sepeda jenis ini telah jauh berkurang dan sulit ditemukan.
Tahun 1990-an pembudayaan bersepeda pernah kembali marak sejak datangnya model sepeda baru yaitu sepeda gunung. Berbagai kegiatan bersepedapun diadakan seperti acara sepeda santai. Tapi kemudian acara-acara seperti ini makin berkurang, bahkan sekarang tak terdengar lagi.
Untuk pembudayaan bersepeda sebenarnya perlu juga dorongan dari pihak pemerintah. Bisa berupa pemberian aturan dan perlindungan khusus bagi pengguna sepeda di jalan raya, sehingga pengguna sepeda merasa nyaman dan tidak takut untuk mengendarai sepedanya ke jalan raya dan jalan utama di kota. Bisa juga dengan pemberian jalur khusus untuk pengguna sepeda. Bila hal ini bisa di kembangkan, sebagai dampak positifnya juga akan bisa menarik para wisatawan dan pelancong untuk menikmati wisata sepeda.
Sebagai bentuk dukungan bagi pertamina yang sekarang sedang menggalakkan pengembangan energi terbarukan, dan dukungan tuk gerakan "Kerja Keras Adalah Energi Kita"
(Penulis adalah anggota Padang Unto Club (PUC))
.

0 komentar:

Posting Komentar

 
blackinnews | Gallery Jadoel | School | Hobbies | Download | irwan

Copyright © 2009 . |Designed by IRWAN SETIAWAN |Converted to blogger by keretaunto.blogspot.com

Usage Rights

DesignBlog BloggerTheme comes under a Creative Commons License.This template is free of charge to create a personal blog.You can make changes to the templates to suit your needs.But You must keep the footer links Intact.